Kisah Perjuangan Angkatan 45 HUT kemerdekaan Republik Indonesia ini tidak lengkap rasanya kalau tidak mengulas kisah perjuangan para pejuang dalam merebut hingga mempertahankan kemerdekaan Namun untuk mendengar kisah tersebut langsung dari para pelaku sejarahnya saat ini terbilang cukup sulit sebab banyak dari mereka yang sudah tutup usia Beruntung di Kecamatan Sanga Desa massih ada satu orang pejuang Angkatan 45 yang masih hidup bagaimana kisah perjuangannya RENO YUDISTIRA SANGA DESA Tidak sulit untuk menemukan kediaman dari Saleh 101 salah seorang pejuang Angkatan 45 yang masih tersisa di Kecamatan Sanga Desa Rumahnya yang sederhana berada persis di pinggir Jalan Kabupaten di Dusun II Desa Ngulak III tepatnya di seberang rumah mantan Kepala Desa Pria yang sudah berusia lebih dari satu abad tersebut kini sudah tidak banyak beraktifitas lagi Pasalnya selain mengalami gangguan pada penglihatan sudah dua tahun ini dirinya juga tidak bisa berjalan lagi Kegiatan sehari harinya di rumah hanya bisa berbaring di tempat tidur serta bergerak seadanya dengan cara mengesot di dalam rumah Ketika didatangi oleh wartawan Harian Musi Banyuasin Nek Saleh begitulah dirinya akrab dipanggil tengah duduk santai di pinggir tempat tidurnya Sedikit hal yang membuat terkejut ternyata diusia tuanya Nek Saleh masih memiliki pendengaran yang sangat tajam dan lidah masih begitu fasih Sehingga tidak begitu banyak kendala ketika berkomunikasi dengan beliau Kepada wartawan koran ini Nek Saleh memulai kisahnya dengan meluruskan tahun kelahirannya ia mengatakan tahun kelahiran yang tertera di KTP yakni tahun 1925 adalah tidak benar Saya lahir itu tahun 1920 bukan tahun 1925 saya lahir di daerah Persawahan Senambah di Ngulak Kebetulan saya adalah anak tunggal dari kedua orangtua saya ungkapnya Kemudian Nek Saleh pun langsung melanjutkan ceritanya saat masa perjuangan beliau dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia Menurutnya ia mulai ikut gerilya sekitar awal tahun 1945 dibawah komando Kapten Usman Bakar ia ikut berjuang selama tiga tahun sebelum akhirnya memilih kembali ke daerah Ngulak Lebih kurang tiga tahun saya ikut gerilya masuk hutan keluar hutan Waktu itu kami dari Sanga Desa berangkat sekitar 48 orang dan berjuang disekitar Babat Toman Mangun Jaya Sungai Angit hingga ke daerah Batu Kucing Pimpinan kami dulu adalah Kapten Usman Bakar terangnya Dalam gerakan gerilya menurut Nek Saleh dirinya ditugaskan sebagai petugas logistik dimana ia dan beberapa rekan lainnya bertugas untuk memasak makanan yang akan disuplai kepada para gerilyawan lain Saya tugasnya memasak mencari beras dan lauk pauk untuk kawan kawan lain Tapi pernah pernah juga waktu itu kami ditugaskan untuk membakar fasilitas milik Belanda ujarnya Peristiwa itupun menurutnya menjadi suatu pengalaman yang tidak pernah dilupakan seumur hidupnya saat itu dirinya bersama lima orang rekan lainnya diperintahkan untuk membakar sebuah perkampungan milik pekerja di sumur bor minyak milik Belanda di daerah Sungai Angit Tidak kurang ada 70 rumah yang kami bakar rumah rumah itu bentuknya seragam milik pekerja yang bertugas di sumur minyak Belanda Saat api sudah berkobar Belanda kemudian datang dan menembak ke arah kami serta melemparkan granat Beruntung saat itu kami bisa meloloskan diri katanya Peristiwa yang tak kalah penting yang ia ingat yakni ketika dirinya menjadi saksi terputusnya lengan kiri milik Mayor Jendral Purn TNI Bambang Utoyo yang juga Mantan Kepala Staf Angkatan Darat ke 4 Waktu itu pak Bambang mengangkat kotak berisi bom yaang dibuka oleh seorang anak buahnya kotak itu tiba tiba meledak Hingga lengan beliau hancur bebernya Menurut Nek Saleh masih banyak peristiwa lain yang dialami oleh beliau namun sebagian besarnya saat ini hanya menjadi kilasan memori dalam pikiran beliau Ya banyak peristiwa lain Tapi kebanyakan saya sudah lupa karena faktor umur Piagam piagam penghargaan saja banyak yang sudah hilang atau rusak Hanya yang masih ada yakni dua stel seragam Angkatan 45 dan sebuah medali Kalau Bintang Gerilya sudah hilang entah kemana ucapnya Dimasa tua nya ini dirinya hanya berharap sedikit bantuan dari pemerintah yakni berupa kursi roda agar ia bisa beraktifitas dengan leluasa di dalam rumah Kalau bisa usulkan saja bantuan kursi roda kepada pemerintah soalnya saya sudah tidak bisa jalan lagi tukasnya Untuk diketahui bahwa Nek Saleh sudah hampir lima tahun ini tidak lagi menerima tunjangan sebagai pejuang dari pemerintah