SANGA DESA, HARIANMUBA.COM, - Sudah jatuh tertimpa tangga pepatah itulah yang mungkin dapat menggambarkan apa yang dialami oleh petani karet di Kecamatan Sanga Desa saat ini.
Pasalnya, disaat harga BBM melambung dan harga kebutuhan merangkak naik, justru harga getah karet yang menjadi sumber penghasilan utama mereka mengalami penurunan.
Saat ini harga karet ditingkat pengepul hanya berada diangka Rp 5.000 perkilogram. Harga ini turun sebesar Rp 3.000 dibandingkan harga dua pekan lalu.
Berdasarkan keterangan dari pengepul getah karet turunnya harga karet ini terjadi akibat turunnya harga ditingkat pabrik.
"Ya, ditingkat pabrik harga belinya juga turun. Untuk harga karet yang dibeli pabrik per kuintal itu sekarang hanya Rp 9.000-Rp 10.000 saja perkilogram padahal normalnya sekitar Rp 13.000 hingga Rp 15.000 perkilo," jelas Tasdin salahsatu pengepul karet di kelurahan Ngulak 1.
Ia pun menjelaskan bahwa dalam dua pekan terakhir harga getah karet sudah dua kali mengalami penurunan.
"Awalnya itu Rp 8.000 perkilogram, kemudian turun jadi Rp 6.500 perkilogram. Nah minggu lalu turun lagi jadi Rp 5.000 perkilogram," jelasnya.
Sementara itu Ansor (44) salahsatu petani karet yang juga warga kelurahan Ngulak 1 mengeluhkan mengenai harga karet yang terus alami kemerosotan.
"Kalau seperti ini terus-terusan kami mau makan apa, harga karet setiap minggu merosot terus. Hasil penjualan karet kami bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja tidak mencukupi. Apalagi dengan kondisi sekarang dimana harga BBM sedang naik, kebutuhan kami juga ikut naik," tuturnya.
Dirinya pun berharap agar harga karet bisa kembali normal seperti di tahun 2008 lalu.
"Dulu saat tahun 2008 harga karet bisa tembus Rp 10 ribu perkilo, kenapa sekarang tidak bisa lagi. Harapannya pemerintah bisa kembali menaikkan harga karet seperti dulu. Agar kami petani karet ini bisa lebih sejahtera," harapnya. (ren)