Kejadian di Afrika ini menewaskan 126 orang. Saat itu tengah berlangsung pertandingan derby antara tuan rumah Hearts of Oak dengan sesama klub dari Accra, Asante Kotoko.
Tim tamu unggul 1-0 mendekati akhir pertandingan, namun tuan rumah mencetak dua gol untuk berbalik unggul pada laga tersebut.
Tragedi berikutnya, bentrok antara pendukung Spartak (Moskow) dengan pendukung HFC Haarlem (Belanda) usai pertandingan Piala UEFA di Stadion Luzhniki telah memakan korban jiwa sebanya 66 orang.
Kejadian Oktober 1982 ini pada versi lain, korban yang tewas dalam tragedi tersebut sebanyak 340 jiwa.
Sementara pada April 1989, sepak bola Inggris mengalami insiden terburuk sepanjang sejarah.
Bentrok yang terjadi antara pendukung Liverpool dan Nottingham Forest pada semifinal Piala FA di Stadioan Hillsborough telah menewaskan 96 orang dan 200 orang luka-luka.
Diduga Ulah Gas Air Mata Polisi
Dalam kasus kerusuhan Kanjuruhan ini, polisi menembakkan gas air mata dengan maksud membubarkan suporter Arema yang masuk ke lapangan usai laga Arema vs Persebaya.
Gas air mata ini membuat penonton panik seketika dan merasa sesak nafas dan berupaya keluar dari tribun.
Akhirnya, suporter berdesak-desakan untuk menyelamatkan diri mencoba keluar dari tribun.
Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta mengungkap penyebab para korban meninggal dunia. Menurutnya, tragedi maut itu terjadi karena penumpukan massa.
“Terjadi penumpukan di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas kekurangan oksigen,” kata Nico di Polres Malang Minggu dinihari, 2 Oktober 2022.
Kapolda Jatim juga mengatakan, penggunaan gas air mata saat Arema FC vs Perseya terpaksa dilakukan.
“Karena sudah anarkis dan menyerang petugas,” jelasnya soal tragedi Kanjuruhan Malang yang berujung jadi catatan sejarah terburuk sepakbola Indonesia dan dunia. (sumeks.co)