SEKAYU , HARIANMUBA. COM, - Beladiri tradisional Kuntau mungkin sudah tidak asing di telinga masyarakat Musi Banyuasin. Karena dimasanya kuntau merupakan olahraga yang sangat digemari oleh anak-anak Muda. Selain Kuntau, rupanya ada beladiri tradisional lain yang berkembang di Kabupaten Musi Banyuasin, beladiri tersebut yakni Sendeng.
Beladiri Sendeng sendiri berkembang di Daerah Kecamatan Sanga Desa, khususnya di Ngulak. Berbeda dengan Kuntau, Beladiri Sendeng memiliki kuda-kuda yang rapat dan lebih dipergunakan untuk berkelahi ditempat yang sempit.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Eka Aliwardana (48) salahsatu praktisi Sendeng di Kecamatan Sanga Desa.
"Beladiri Sendeng sendiri mirip dengan Kuntau, hanya saja dahulu Sendeng dipergunakan untuk membela diri ditempat sempit. Bahkan, seorang Pendekar Sendeng yang ahli itu bisa berkelahi melawan senjata tajam hanya dengan bertumpu pada satu keping papan, atau dengan dua tangan yang terikat," ungkapnya.
Dalam Beladiri Sendeng menurut Eka, banyak mengadopsi gerakan binatang terutama Harimau. Makanya, aliran Sendeng yang ia pelajari yakni Sendeng Harimau Lanang (Jantan).
BACA JUGA:Hanya Karena Ini, Pria di Jakarta Siram Istri dan Bayinya Pakai Air Keras Hingga Tewas
BACA JUGA:Makanan Sehat Ini Dapat Kendalikan Kolestrol. Ada Saja itu
"Guru besar Sendeng yang saya pelajari ini adalah almarhum Agus Ramani. Sudah tidak banyak lagi praktisi Sendeng saat ini, yang paling tua itu ada namanya Pudin yang sekarang kondisinya sudah sakit. Dahulu Sendeng ini juga dipergunakan untuk memeriahkan upacara pernikahan, yakni dalam tradisi menyambut pengantin," jelasnya.
Dalam Beladiri Sendeng juga dikenal berbagai senjata, diantaranya yakni Golok, Lading, Pisau Dua, Cabang, serta Tembung.
"Umumnya Beladiri Sendeng ini untuk membeladiri dari serangan senjata tajam, dengan cara belangkah dan sambut. Makanya, ada istilah sambut-makan. Sambut artinya menyambut serangan, Makan berarti menyerang dengan carah mematahkan bagian tubuh lawan yang sudah tertangkap,"imbuhnya.(ren)