Berbagi memang baik, tapi penting juga untuk membuat Si Kakak atau Si Adik sadar akan konsep kepemilikan dan bertanggung jawab atas benda yang mereka miliki. Oleh sebab itu, jangan paksa salah satunya untuk berbagi semua benda. Biarkan ada beberapa barang yang hanya boleh ia gunakan sendiri.
4. Biasakan kompromi ketika anak bertengkar
Pisahkan kedua anak yang sedang bertengkar agar mereka tenang. Setelah itu, ajari mereka untuk berkompromi dan bernegosiasi. Beri kesempatan pada tiap anak untuk saling menjelaskan alasan dan sudut pandang masing-masing, agar mereka merasa diperlakukan secara adil.
5. Terapkan peraturan yang sama
BACA JUGA:Kedapatan Nyimpan Kecepek, Warga Muara Teladan Diamankan Polisi
Tetapkan peraturan yang berlaku sama untuk Si Kakak dan Si Adik, baik itu jadwal menonton TV, tidak boleh memukul, dan tidak boleh merusak benda satu sama lain. Ajak mereka menentukan peraturan dan hukuman yang harus mereka jalani jika melanggarnya. Jangan lupa untuk memuji mereka ketika mereka menaati peraturan dengan baik.
6. Jadilah panutan bagi anak
Anak akan belajar menangani konflik dengan baik jika melihat orang tuanya tidak agresif dan tetap saling menghormati meski sedang terlibat konflik. Sebaliknya, bila melihat orang tuanya berkata-kata keras atau membanting pintu saat marah, anak bisa meniru hal tersebut saat marah.
Pertengkaran dan persaingan antara kakak dan adik sebenarnya hal yang normal. Hal itu justru bisa jadi kesempatan mereka untuk belajar menyelesaikan konflik. Tentunya peran orang tua sangat besar di sini. Namun, apabila pertengkaran antara Si Kakak dan Si Adik berubah menjadi membahayakan, apalagi sampai menyebabkan gangguan kesehatan atau psikologis pada salah satu atau keduanya, Bunda dan Ayah perlu mengambil tindakan lebih tegas.
BACA JUGA:Dua Siswa Sungai Lilin Terpilih Jadi Anggota Paskibra Tingkat Provinsi, Berikut Identitasnya
Jika nasihat atau perlakuan Bunda dan Ayah tidak juga didengar maupun dituruti mereka, hingga Bunda dan Ayah bingung cara apa lagi yang harus dilakukan, berkonsultasilah dengan psikolog anak untuk menemukan solusi yang tepat.(**)