3. Kanker Pankreas: Nyeri perut, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan perubahan warna kulit atau mata (kuning).
4. Kanker Usus Besar: Perubahan pola buang air besar, diare atau sembelit berkepanjangan, buang air besar berdarah, dan nyeri perut.
“Gejala kanker GI sering kali dianggap remeh karena mirip dengan keluhan pencernaan lainnya seperti sakit maag atau wasir. Padahal, bila gejala ini tidak diabaikan, deteksi dini bisa dilakukan,” jelas Dr. Randy.
BACA JUGA:Toyota Rush 2024, Perpaduan Sporty dan Elegan
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena kanker GI antara lain:
1. Gaya Hidup Tidak Sehat: Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurangnya aktivitas fisik.
2. Riwayat Keluarga: Risiko lebih tinggi bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker saluran cerna.
3. Faktor Genetik: Mutasi genetik tertentu juga dapat meningkatkan risiko.
“Menerapkan gaya hidup sehat dengan makan makanan bergizi seimbang, menghindari merokok dan alkohol, serta rutin berolahraga dapat membantu mengurangi risiko kanker saluran pencernaan,” ujar Dr. Randy.
Ia juga menambahkan pentingnya melakukan skrining secara rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.
BACA JUGA:Ternyata Guru PPPK Bisa Jadi Kepsek & Pengawas, Asalkan Memenuhi Syarat Ini
Pengobatan kanker saluran pencernaan tergantung pada jenis kanker, stadium penyakit, kondisi kesehatan pasien, serta respons terhadap terapi. Beberapa metode pengobatan yang umum dilakukan antara lain:
1. Bedah: Untuk mengangkat tumor atau bagian organ yang terkena kanker.
2. Kemoterapi: Menggunakan obat untuk membunuh sel kanker atau menghambat pertumbuhannya.
3. Radioterapi: Menggunakan radiasi untuk menghancurkan sel kanker.
4. Terapi Target: Menggunakan obat yang dirancang untuk menargetkan perubahan molekuler spesifik dalam sel kanker.