HARIANMUBA.COM - Ditahun 90'an atap daun Nipah atau dikenal dengan sebutan atap olet oleh warga Musi Banyuasin masih sering digunakan sebagai atap rumah.
Namun seiring berjalan nya waktu, rumah beratap olet mulai jarang di temui. Jika pun masih ada, sebagian besar rumah-rumah yang berada di kawasan pedesaan atau areal perkebunan.
Kendati mulai jarang digunakan sebagai atap rumah, namun atap olet masih banyak di cari oleh masyarakat.
Agung, salah seorang penjual atap daun Nipah atau atap olet di Kelurahan Soak Baru Kecamatan Sekayu menuturkan bahwa peminat atap olet masih sangat tinggi.
BACA JUGA:Segera Amalkan, Ini Doa Agar Rezeki Lancar dan Berkah
"Pembelinya masih banyak, hanya saja berasal dari para petani atau orang berkebun,"kata Agung.
Menurut Agung, atap olet masih digunakan untuk pondok atau rumah-rumah di kebun.
"Kalau untuk rumah-rumah di kawasan perkampungan sudah mulai jarang, kebanyak pakai seng atau genteng,"ungkapnya.
Selain itu atap olet sering digunakan sebagai atap tempat pembuatan batu bata. "Karena atap olet ini memiliki kelebihan dibanding seng. Meski posisi atap rendah, dibawah atap olet ini tidak panas,"terangnya.
Dalam waktu sebulan, Agunng bisa menjual 200 sampai 300 ikat atap olet.
BACA JUGA:Jika Tol Rampung, Warga Bayung Lencir Makin Dekat Berbelanja Ke Kota Jambi
BACA JUGA:Pengusaha Bengkel Motor di Sanga Desa Bisa Tersenyum, Setiap Hari Masih Ramai Didatangi Pelanggan
"Atap olet ini kami beli sungai lilin, sedangkan untuk harga jualnya disini yaitu Rp 28 ribu sampai Rp 30 ribu rupiah perikat. Yang mana satu ikat berisi 10 keping,"pungkasnya.