Tanah Napal Muncul di Musim Kemarau, Jadi Surga Anak Main dan Mandi Sungai di Bantaran Musi

Tanah Napal Muncul di Musim Kemarau, Jadi Surga Anak Main dan Mandi Sungai di Bantaran Musi

Tanah Napal Muncul di Musim Kemarau, Jadi Surga Anak Main dan Mandi Sungai di Bantaran Musi--

HARIANMUBA.DISWAY.ID – Fenomena alam unik kembali menghiasi bantaran Sungai Musi seiring datangnya musim kemarau. Surutnya debit air sungai terbesar di Sumatera Selatan ini memunculkan hamparan Tanah Napal — lapisan endapan keras mirip semen — yang terbentang luas di sejumlah titik, termasuk di Kelurahan Ngulak 1, Kecamatan Sanga Desa, Musi Banyuasin (Muba).

Alih-alih menjadi pemandangan kering yang membosankan, Tanah Napal justru disulap menjadi “tempat wisata rakyat dadakan” oleh warga sekitar. Dari anak-anak hingga orang dewasa tampak antusias memadati lokasi ini setiap sore, menikmati semilir angin sambil bermain layang-layang atau mandi di aliran sungai yang masih tersisa.

“Senang main di sini, Kak. Anginnya deras, tempatnya luas. Kalau capek main layangan, bisa langsung nyebur mandi,” kata Adrin (13), bocah lokal yang tampak lincah mengulur benang layangan, Rabu (23/7/2025).

Tanah Napal menawarkan kombinasi alam yang lapang, angin stabil, dan akses langsung ke sungai, menjadikannya favorit anak-anak untuk bermain layangan — sebuah hiburan tradisional yang kembali populer tiap musim kemarau. Tak sedikit pula keluarga yang datang membawa anak untuk sekadar bersantai atau bermain air.

BACA JUGA:Tarif Jalan Tol Padang–Sicincin Segera Berlaku, Masyarakat Diimbau Siapkan Uang Elektronik

BACA JUGA:Bupati Muba Sambut Kemenko Polhukam, Dorong Peningkatan Layanan Imigrasi di Sekayu

Namun di balik keceriaan itu, muncul juga kekhawatiran soal keamanan. Beberapa warga mengingatkan pentingnya pengawasan anak, terutama ketika mereka terlalu bersemangat mengejar layangan putus hingga ke tempat-tempat berbahaya.

“Main layangan itu bagus, anak-anak jadi aktif. Tapi kadang lupa keselamatan, apalagi kalau udah ngejar layangan putus ke jalan atau dekat sungai dalam,” ujar Nora (38), warga sekitar yang rutin mendampingi anaknya bermain di kawasan Napal.

Sebagai antisipasi, Nora hanya mengizinkan anaknya bermain pada jam tertentu dan di lokasi aman seperti Tanah Napal. Ia juga melarang keras aktivitas berisiko, termasuk mengejar layangan yang terputus terlalu jauh.

“Saya batasi waktu mainnya, cuma boleh sore. Dan kalau layangan putus, ya sudah, jangan dikejar. Lebih baik beli baru daripada kenapa-kenapa,” imbuhnya.

BACA JUGA:Tabloid Nyata vs Jawapos: Pertarungan Kepemilikan di Pengadilan Negeri Surabaya

BACA JUGA:Kurang dari 5 Jam, Pelaku Curanmor di Tungkal Jaya Berhasil Diringkus Polisi

Kondisi ini menjadi cerminan kedekatan masyarakat bantaran Musi dengan alam, sekaligus memperlihatkan bagaimana lingkungan dapat menjadi ruang sosial dan hiburan yang sehat, asalkan dibarengi pengawasan dan kesadaran keselamatan.

Fenomena musiman seperti ini juga memberi peluang bagi pemerintah daerah dan komunitas lokal untuk melakukan edukasi keselamatan dan pelestarian lingkungan, agar kegiatan tradisional yang menyenangkan ini tetap bisa dinikmati tanpa memunculkan risiko.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait