Tembakan Salvo Pemakaman Briptu Fajar Yoyok, Istri Cindy Novianti Terlihat Tegar Diciumnya Batu Nisan
Tembakan salvo pemakaman Briptu Fajar Yoyok, istri Cindy Novianti terlihat tegar diciumnya batu nisan. foto: tangkapan layar/@bejojuniorakdp/oganilir.co. ----
TRENGGALEK, HARIANMUBA.COM - Tembakan salvo secara bersamaan yang menandai prosesi pemakaman Briptu Anumerta Fajar Yoyok Pujiono yang menjadi korban kerusuhan suporter usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya FC, Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu malam, 1 Oktober 2022.
Pemakaman digelar kampung halaman keluarga Briptu Yoyok di Desa Sukosari, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Minggu, 2 Oktober 2022.
Kapolres Trenggalek AKBP Alith Alarino yang hadir dan memimpin langsung jalannya pemakaman menjelaskan, Briptu Anumerta Yoyok merupakan anggota berdinas di Polsek Dongko.
Almarhum bersama 24 anggota Polres Trenggalek lain mendapat tugas perbantuan pengamanan di pertandingan sepak bola antara Arema FC melawan Persebaya FC di Stadion Kanjuruhan, Malang.
“Untuk melepas kepergian almarhum, kami menggelar upacara pemakaman di rumah duka korban. Kami keluarga Polres Trenggalek berduka dengan gugurnya satu personil anggota kami saat pengamanan di Stadion Kanjuruhan, Malang,” ucap Kapolres Alith.
Briptu Yoyok adalah satu dari dua anggota polisi yang menjadi korban tragedi Kanjuruhan usai laga. Selama prosesi pemakaman yang dimulai, Cindy Novianti yang merupakan istri dari Briptu Fajar terlihat tegar.
Dan setelah jenazah sang suami dikebumikan, ia langsung mendekati makam. Diciumnya batu nisan Briptu Yoyok. Matanya terlihat sembab, namun ia berusaha untuk tidak menangis. Suwarno selaku mertua Briptu Yoyok, mengatakan bahwa Briptu Yoyok adalah sosok yang bertanggung jawab dan perhatian sama istri.
“Keluarga menerima kabar meninggal pada Sabtu (2/10/2022) sekitar pukul 23.00 WIB. Kabar itu disampaikan oleh kerabat dekat Briptu Yoyok, yang juga seorang polisi,” tutur Suwarno, mertua Briptu Yoyok.
Seperti diberitakan, jumlah korban tewas hingga ratusan, data terkini 182 suporter, telah menempatkan Tragedi Kanjuruhan Malang, Jawa Timur sebagai sejarah paling kelam sepakbola Indonesia dan terburuk kedua sepakbola dunia.
Tragedi berdarah terbesar pertama terjadi di Peru pada 24 Mei 1964. Ketika itu Estadion Nacional menggelar babak kualifikasi kedua antara Peru vs Argentina dalam kepentingan perhelatan Olimpiade Tokyo.
Kerusuhan menyebabkan 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal.
Bahkan disebutkan kemungkinan jumlah korban tewas dalam peristiwa tersebut lebih banyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: