Duka Tragedi Kanjuruhan Sebelum Kick off Espanyol vs Valencia, Satu Menit Penghormatan Ratusan Korban

Duka Tragedi Kanjuruhan Sebelum Kick off Espanyol vs Valencia, Satu Menit Penghormatan Ratusan Korban

Duka tragedi Kanjuruhan sebelum kick off Espanyol vs Valencia, satu menit penghormatan ratusan korban Kanjuruhan. Foto: tangkapan layar Twitter- -

“Ini adalah hari yang gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan sebuah tragedi di luar pemahaman,” ujarnya.

“Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa setelah insiden tragis ini.”

“Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami bersama para korban, mereka yang telah menjadi korban jiwa dan terluka, bersama rakyat Republik Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia, Persatuan Sepak Bola Indonesia, dan Liga Sepak Bola Indonesia, pada saat yang sulit ini,” tutupnya.

Seperti diketahui, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga bertajuk Derbi Jatim antara Arema FC vs Persebaya yang berakhir 3-2 untuk Bajul Ijo, berakhir rusuh.

Ribuan suporter Arema atau yang dikenal dengan Aremania merangsek masuk ke lapangan merusak fasilitas stadion karena tidak terima tim favoritnya kalah.

Sejurus kemudian pihak keamanan yang bertugas di Kanjuruhan menghalau massa dengan tembakan gas air mata.

Sialnya, tembakan gas air mata itu tak hanya mengarah ke kerumunan massa di lapangan tapi juga ke arah tribun penonton.

Situasi itu membuat para penonton berusaha keluar dari stadion secepat mungkin, sehingga saling berdesakan di pintu keluar.

Kabarnya, mereka yang meninggal sebagian besar karena kesulitan bernafas dan terinjak-injak.

Pada saat Kanjuruhan rusuh, pemain dan ofisial kedua tim yang bertanding sudah keluar lapangan. Bahkan pemain Persebaya sudah dievakuasi keluar stadion menggunakan Barracuda.

Hingga Minggu sore ini, mobil ambulans masih silih berganti masuk ke sejumlah rumah sakit membawa korban tragedi Kanjuruhan Malang.

Jumlah korban tewas hingga ratusan, data terkini 182 suporter, telah menempatkan Tragedi Kanjuruhan Malang, Jawa Timur sebagai sejarah paling kelam sepakbola Indonesia dan terburuk kedua sepakbola dunia.

Tragedi berdarah terbesar pertama terjadi di Peru pada 24 Mei 1964. Ketika itu Estadion Nacional menggelar babak kualifikasi kedua antara Peru vs Argentina dalam kepentingan perhelatan Olimpiade Tokyo.

Kerusuhan menyebabkan 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal.

Bahkan disebutkan kemungkinan jumlah korban tewas dalam peristiwa tersebut lebih banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: