Dari sisi gender, kasus HIV/AIDS di Sumsel didominasi oleh laki-laki. Dari 510 kasus HIV baru, 400 penderita adalah laki-laki, sementara perempuan sebanyak 110 orang. Hal serupa juga terjadi pada kasus AIDS, dengan 203 laki-laki dan 50 perempuan.
Berdasarkan kelompok populasi, lelaki seks lelaki (LsL) menjadi kelompok dengan jumlah kasus tertinggi, yaitu 287 kasus.
Dari faktor risiko penularan, hubungan heteroseksual masih menempati urutan pertama, disusul homoseksual, dan biseksual.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik infeksi, Dr dr Harun Hudari, SpPD, K-PTI, FINASIM, menjelaskan bahwa penularan HIV paling tinggi terjadi melalui hubungan seksual.
BACA JUGA:Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Hutama Karya Pastikan Seluruh Ruas Tol Siap Operasi
BACA JUGA:Pasutri di Prabumulih Sulap Live TikTok Jadi Judi Adu Cupang, Raup Puluhan Juta Rupiah
“Hubungan seksual melalui anus memiliki risiko tinggi karena mudah terjadi lecet atau iritasi, sehingga virus HIV lebih mudah masuk ke dalam tubuh,” jelasnya.
Dinas Kesehatan Sumsel terus memperluas layanan tes HIV, tidak hanya di fasilitas pemerintah, tetapi juga di klinik swasta, dokter, dan bidan praktik mandiri. Deteksi dini juga dilakukan melalui kerja sama dengan NGO peduli HIV, mobile klinik, serta integrasi lintas sektor.
Selain itu, upaya pencegahan dilakukan melalui edukasi bahaya seks bebas dan HIV/AIDS, terutama kepada pelajar SMP, SMA, dan mahasiswa. Konseling pra-tes dan pasca-tes juga diperkuat untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV (ODHIV).
Dengan meningkatnya kesadaran, deteksi dini, dan pengobatan yang tepat, pemerintah berharap laju penularan HIV/AIDS di Sumsel dapat ditekan ke depannya.