Sepakbola Kemalaman

Sepakbola Kemalaman

--

Kemudian bicara soal klub. Apakah klub mendapatkan keuntungan tambahan? Rasanya saya tidak perlu menjabarkan terlalu detail. Siapa saja yang punya kemampuan analisa bisnis bisa menghitungnya sendiri.

Satu, klub tidak mendapatkan pemasukan tambahan. Ada janji bonus tambahan dari liga berdasarkan rating. Tapi angka pastinya belum ada. Kalau pun ada, apakah secara overall nilainya mampu menutupi kerugian atau loss opportunity klub? Saya masih menunggu.

Yang pasti, main pagi, siang, sore, atau malam, pendapatan klub dari liga belum terbukti bertambah. Malah, kalau dihitung secara menyeluruh, tiap tahun kok rasanya semakin menurun. Dan saya paling tersinggung kalau pendapatan dari liga itu disebut sebagai "subsidi/kontribusi." Karena 18 klub Liga 1 adalah pemegang saham mayoritas liga. Jadi, itu adalah hak komersial. Bukan subsidi/kontribusi.

Saya sudah berkali-kali menulis, di liga yang maju, pemasukan utama klub adalah dari liganya. Liganya pintar mencari pemasukan, menggunakan kekuatan klub-klub anggotanya, yang kemudian mendistribusikan lagi pemasukan tersebut kepada klub-klub anggotanya. Dalam hal ini, shareholder-nya. Karena itu, di liga yang maju, tidak perlu ada banyak logo sponsor di baju. Karena sumber pemasukan utama dari liga. Khususnya dari hak siar.

Di liga kita, nilai "hak komersial" yang didapatkan klub sangat tidak cukup untuk operasional. Apalagi menggaji pemain yang nilai kontraknya bisa melonjak tanpa kontrol, seperti inflasi yang tidak ada mekanisme pengendaliannya. Klub-klub besar tidak pernah memusingkan ini. Bahkan termasuk berbahaya kalau mengandalkan ini sebagai sumber pemasukan. Tapi, kalau liganya mau sehat, lalu klubnya mau sehat, lalu pemainnya mau sehat, masalah itu tentu harus disehatkan bukan?

Soal hak siar ini, ada pula variasinya. Seperti yang disampaikan seorang bos klub besar langsung kepada saya, saat ramai-ramainya meributkan jam tayang sebelum musim dimulai. Dia bilang, kalau memang mau memaksakan klub-klub besar main sangat malam, maka harus ada tambahan nilai komersial yang jelas. Dia mencontohkan di Spanyol. Ketika Real Madrid bertanding melawan Barcelona, maka ada tambahan khusus untuk kedua klub saat laga itu diselenggarakan. Bahkan, kedua klub itu bisa nego sendiri nilai hak siarnya.

Tentu saja itu contoh ekstrem. Kita masih membangun industri sepak bola kita. Harus membantu membawa semua klub menjadi lebih baik, memiliki pemahaman industri yang lebih baik.

Kembali soal main larut malam.

Liga jelas terbukti tidak punya bargaining power untuk mengubah jam tayang.

Klub belum tentu mendapatkan tambahan yang fair. Malah, berdasarkan pengalaman Senin malam lalu, klub sudah pasti mendapat pukulan loss revenue (kehilangan pemasukan). Pertandingan Senin larut malam itu adalah pertandingan dengan jumlah penonton tersedikit sejak saya mulai mengelola Persebaya pada 2017. Loss revenue memang belum tentu rugi. Tapi, bagi klub yang biaya penyelenggaraan pertandingannya tinggi, loss revenue hampir selalu berujung kerugian. Semoga saja tidak harus 17 kali loss revenue.

Tinggal menunggu di akhir musim. Apakah loss revenue-nya sebanding dengan nilai tambahan yang diwacanakan liga. Pada saat ini, saya merasa, 99 persen tidak.

Sekarang, kita bicara soal potensi kehilangan yang lebih menyakitkan lagi untuk masa depan.

Bagi saya, yang paling menyebalkan dari kickoff larut malam itu adalah tidak bisa mengajak, atau memaksa, anak-anak saya untuk menonton Persebaya. Dan saya yakin, banyak yang punya cerita seperti saya. Anak-anaknya tidak bisa menonton. Jangankan menonton di stadion. Menonton di televisi saja tidak bisa karena kemalaman.

Senin malam lalu, saya harus "piket" jaga dua putri saya di rumah. Tidak bisa ke stadion. Karena istri saya sedang menemani anak pertama saya di luar kota. Walau saya menyalakan pertandingan, mereka sudah masuk kamar untuk tidur sekitar pukul 21.00. Sudah terlalu mengantuk. Karena besok pagi-pagi sudah harus bangun dan bersiap berangkat sekolah.

Saya yakin, saya tidak sendirian. Ada banyak yang seperti itu. Ada banyak pula yang secinta apa pun pada Persebaya, tidak mungkin bisa menonton pula malam itu. Karena besok pagi-paginya harus bekerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: