Di Sanga Desa, Ada yang Budidaya Maggot Black Soldier Fly, Hasilnya Cukup Mengiurkan Loh

Di Sanga Desa, Ada yang Budidaya Maggot Black Soldier Fly, Hasilnya Cukup Mengiurkan Loh

Membudidayakan maggot black soldier fly (BSF), yaitu larva dari jenis lalat besar (Foto Reno)--

SANGA DESA, HARIANMUBA.COM,  - Ada banyak cara untuk menghasilkan uang dengan tetap memberikan dampak positif untuk lingkungan. Tak hanya keuntungan yang didapat, tetapi membuat lingkungan menjadi lebih bersih juga dapat dilakukan secara bersamaan.

Hal ini seperti yang dilakukan oleh Maulidin (27) warga Kelurahan Ngulak, Kecamatan Sanga Desa. 

Ia memilih membudidayakan maggot black soldier fly (BSF), yaitu larva dari jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon.

Maggot BSF tersebut ia budidayakan di lokasi kandang khusus berukuran 4 x 12 meter. Di dalam kandang tersebut ia buat petak-petak khusus ukuran 1 x 1,5 meter sebanyak 25 petak sebagai wadah perkembangbiakan maggot. 

Setiap harinya Maulidin selalu rutin memberi makan maggot yang ia budidaya tersebut dengan sampah organik berupa ampas tahu dari salahsatu pabrik yang berada dekat rumahnya, sesekali ia juga memberi makan maggot dengan sampah sisa limbah rumah tangga.

BACA JUGA:Dipasar Kalangan, Harga Bumbu Dapur Tetap StabilBACA JUGA:Dipasar Kalangan, Harga Bumbu Dapur Tetap Stabil

BACA JUGA:Jalan Penghubung Keluang-Sekayu Siang Ini Macet, Kendaraan Angkutan Terjebak Jalan RusakBACA JUGA:Jalan Penghubung Keluang-Sekayu Siang Ini Macet, Kendaraan Angkutan Terjebak Jalan Rusak

Ia menuturkan, dalam satu hari usaha budidaya maggot BSF miliknya bisa menghasilkan 3-5 kg maggot.

"Produktivitas harian kita saat ini masih berkisar 3-5 kg maggot. Sebenarnya bisa lebih ditingkatkan lagi produksinya jadi 10 kg per petak ini, akan tetapi saat ini kami masih terkendala penyediaan pakan yang masih terbatas, selain itu sekarang juga belum ada tempat untuk menjual maggot hasil budidaya ini. Makanya, produksi maggot kita masih terbatas untuk makanan ayam yang kita ternak sendiri," ungkapnya kepada wartawan koran ini.

Lebih lanjut ia menceritakan,  usaha budidaya maggot yang ia geluti saat ini berawal dari keresahannya terhadap banyaknya sampah organik yang ada dilingkungan tempat ia tinggal.

"Waktu saya baca-baca di internet ternyata ada solusi untuk mengatasi masalah sampah ini, salahsatunya dengan menggunakan Maggot BSF. Dari referensi tersebut saya juga belajar bahwa maggot ini banyak manfaatnya, selain untuk pakan ternak seperti ayam dan ikan. Selonsong maggot yang sudah kosong juga bisa digunakan sebagai pupuk tanaman. Dan yang paling penting maggot ini nilai jualnya cukup lumayan, serta memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan," katanya.

Pria lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga merintis usaha jual beli bibit tanaman yang ia beri nama Sumber Bibit Semesta (SBS) menjelaskan, proses budidaya maggot dimulai dari penetasan. Telur-telur BSF dikumpulkan, sebelum diletakkan di bak penetasan yang di atasnya sudah terdapat dedak agar setelah menetas, bayi larva tidak kabur. Kemudian, setelah selama 1 pekan di dalam bak penetasan, kemudian dipindah ke bak pembesaran.

“Selama 12 hari di bak pembesaran itu, sudah bisa panen, yang besar berwarna putih, khususnya untuk pakan ikan, ayam, dan lain-lain. Sebagian larva juga kita sisakan untuk menjadi indukan pada siklus berikutnya," papar Maulidin.

Terakhir saat ditanya mengenai harga jual maggot saat ini ia mengatakan bahwa untuk maggot segar per kilogramnya dijual dengan harga Rp 30 ribu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: