Kisah Legenda Anak Durhaka Pada Ibu, Nomor 3 Ada di Sumatera Selatan

Kisah Legenda Anak Durhaka Pada Ibu, Nomor 3 Ada di Sumatera Selatan

Tanampo tahah yang bisa dimakan sumber : infosekayu.com--

Dalam zaman dahulu kala, di sebuah desa terpencil di Kalimantan Barat, hiduplah seorang ibu tua yang tinggal bersama satu-satunya anak perempuannya yang bernama Dewi. Ibu dan anak hidup dengan damai, meskipun kehidupan mereka sederhana.

 

Dewi, sang anak, terlahir dengan kecantikan yang luar biasa. Namun, kecantikan itu hanya terlihat di wajahnya, karena di dalam hatinya, Dewi menjadi semakin sombong dan egois. Ia sering meminta barang-barang mewah dari ibunya, dan setiap permintaannya harus segera dituruti.

 

Suatu hari, ibu itu meminta Dewi untuk menemaninya ke pasar. Sang ibu ingin berjalan di belakang Dewi sebagai simbol penghormatan. Namun, Dewi merasa malu dengan penampilan sederhana sang ibu dan menolak permintaannya. Ia berkata, "Ibu, aku tidak ingin berjalan bersamamu. Kau berjalanlah di belakangku agar orang tidak tahu kita terkait."

BACA JUGA:Mengenal Tol Lubuk Linggau - Bengkulu, Bakal Ada Terowongan 'Menembus' Bukit Barisan, Jembatan Lewati Lembah

Hati sang ibu patah hati mendengar kata-kata kasar dari anaknya. Ia merasa kesedihan mendalam atas perilaku Dewi yang semakin berubah. Namun, sang ibu memutuskan untuk menghormati permintaan Dewi.

 

Ketika mereka berjalan ke pasar, Dewi dengan bangga memimpin, sedangkan sang ibu dengan sedih mengikuti di belakangnya. Orang-orang yang melihat mereka merasa heran dengan aksi egois Dewi.

 

Sesampainya di pasar, Dewi dengan sombong berbicara kepada orang-orang di sana. Ia berkata bahwa wanita tua di belakangnya adalah pembantunya yang mengikuti perintahnya.

 

Namun, langitlah yang mengetahui segala hal. Langit pun mengabulkan doa ibu yang penuh air mata. Ibu itu berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, tunjukkanlah kepada anakku bahwa sikap durhakanya ini tidaklah benar."

BACA JUGA:Jaga Kemanan Wilayah Perairan, Ini Langkah Satpolair Polres Muba

Tiba-tiba, langit berubah gelap dan angin kencang bertiup. Dewi merasa takut, tetapi semuanya terlambat. Tubuh Dewi perlahan-lahan berubah menjadi batu, dimulai dari kakinya. Ia berteriak minta ampun, tetapi batu telah mengubahnya menjadi Batu Menangis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: