Benarkah Alat Kontrasepsi IUD Picu Kanker Payudara? Ini Penjelasannya

Benarkah Alat Kontrasepsi IUD Picu Kanker Payudara? Ini Penjelasannya

Ilustrasi--

"Kami tidak ingin orang-orang melihat data ini dan merasa takut. Kami ingin mereka tahu bahwa ini hanyalah bukti dan informasi tambahan yang dapat mereka gunakan untuk berdiskusi dengan dokter mereka," paparnya.

Apakah IUD harus sepenuhnya dihindari?

BACA JUGA:Meski Timnas U-17 Indonesia Kalahkah Kuwait, Masih Ada Beberapa Catatan

BACA JUGA:Kencur dan Segudang Manfaatnya bagi Kesehatan Tubuh

Bagi Dr. Eleanor Bimla Schwarz, profesor kedokteran di University of California, San Francisco, manfaat IUD jauh lebih besar daripada risikonya.

Data baru tersebut seharusnya tidak mengubah cara berpikir wanita tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia bagi mereka.

"Data tersebut melaporkan risiko yang sangat kecil, satu dari seribu, untuk didiagnosis menderita kanker payudara, yang tidak sama dengan meninggal karena kanker payudara," kata Schwarz, yang juga kepala kedokteran umum di Rumah Sakit Umum San Francisco.

"Risiko itu benar-benar lebih rendah daripada banyak risiko sehari-hari lainnya yang sering diambil wanita yang berdampak pada risiko kanker payudara mereka," paparnya.

BACA JUGA:Dampak Positif Konsumsi Jus Alpukat Secara Rutin untuk Kesehatan

BACA JUGA:Dinkes Muba Jalin Kerja Sama Dengan Bapelkes Lampung, Untuk Pelatihan Akupresur Bagi Tenaga Kesehatan

Selain sangat efektif dalam mencegah kehamilan, IUD hormonal dapat membantu mengurangi pendarahan dan kram. Serta ada bukti bahwa IUD dapat menurunkan risiko kanker endometrium pada wanita.

"Saya rasa kita harus menempatkan percakapan ini dalam konteks yang tepat. Diagnosis kanker payudara tidak sama dengan kematian akibat kanker payudara, dan kita tidak memiliki penelitian yang menunjukkan penggunaan kontrasepsi hormonal apa pun benar-benar meningkatkan risiko kematian akibat kanker payudara," ungkap Schwarz.

Dr. Arif Kamal, seorang onkolog dan kepala staf pasien di American Cancer Society, mencatat bahwa studi baru tersebut tidak memperhitungkan seberapa sering wanita menjalani mammogram.

"Tidak ada pendekatan yang cocok untuk semua orang. Risiko seseorang terkena kanker payudara dan kecemasan atau kekhawatiran mendasar mereka tentang kanker payudara harus menjadi dasar keputusan yang dibuat antara wanita dan dokternya tentang apa yang harus dilakukan," ujar Kamal.

BACA JUGA:Dinkes Muba Jalin Kerja Sama Dengan Bapelkes Lampung, Untuk Pelatihan Akupresur Bagi Tenaga Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: