Tentara sekutu menyerahkan kedudukannya di Kota Palembang kepada tentara Belanda. Konflik terjadi ketika Belanda menginginkan Kota Palembang segera dikosongkan.
Permintaan tersebut ditolak seluruh rakyat Palembang sehingga berakhir dengan baku tembak pada 1 Januari 1947 di Palembang Ilir dan menyerang markas Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) di Jl Tengkuruk.
Beberapa tokoh penting yang memimpin jalannya pertempuran. Diantaranya, Kolonel Maludin Simbolon, Letnan Kolonel Bambang Utoyo, Mayor Rasyad Nawawi, dan Kapten Alamsyah.
Pusat pertahanan terkuat Belanda berada di Benteng Kuto Besak, Rumah Sakit Charitas dan Bagus Kuning.
Sementara kekuatan pejuang Palembang tersebar merata di setiap tempat-tempat pertahanan Belanda.
BACA JUGA:Dua Jari Tangan Wabup di Provinsi Bengkulu ini Luka Parah, Akibat Petasan Meledak Ditangan
Pada hari pertama setelah insiden penembakan di Jl Tengkuruk, pejuang Palembang menyerbu dan mengepung pasukan Belanda yang bertahan di semua sektor yang telah mereka kuasai sebelumnya.
Pertempuran berakhir hingga pukul lima sore, tetapi menjelang malam pasukan Belanda kembali menggempur menggunakan senjata lapis baja.
Beberapa tempat strategis dikuasai oleh Belanda seperti, kantor telegrap, kantor residen, kantor walikota, dan kantor pos.