Dari atas jembatan layang ini menyuguhkan pemandangan alam yang bebas dan asri.
Dalam pembangunannya, ruas ini melalui kontur eksisting yang ekstrim.
Lembah dengan kedalaman s.d 30 m dan panjang s.d 500 m sehingga diperlukan bangunan jembatan.
BACA JUGA:Punya Keluhan Mata Buram? Coba Konsumsi 8 Jenis Makanan Ini Sebelum Cek ke Dokter
Koentjoro menyebutkan bahwa dengan kondisi tersebut, sebelumnya telah dilakukan berbagai kajian atas tipe jembatan.
“Kita telah lakukan beberapa kajian tipe-tipe jembatan diantaranya box beton (Box Girder), gelagar beton hingga girder dengan struktur sambungan yang menggunakan pin (Unibridge). Kemudian disepakati menggunakan metode unibridge dengan sejumlah pertimbangan,” ujarnya.
Dengan penggunaan unibridge maka jumlah kolom yang diperlukan lebih sedikit, struktur atas yang ringan sehingga dapat mengoptimasi dimensi kolom dan pondasi.
Proses pekerjaan yang lebih mudah dan sederhana, sehingga metode ini lebih unggul juga dalam segi biaya konstruksi.
BACA JUGA:Kabupaten Muba Nantinya Terdapat 2 Exit dan Rest Area Tol Betung Jambi, Disini Lokasinya
BACA JUGA:Susuri Daerah Perairan, Pj Bupati Apriyadi Ngalap Berkah Bareng Kiyai dan Santri
Dengan tinggi jembatan berkisar 20 – 30 m dan panjang bentang 60 m, ruas ini nantinya dilengkapi 3 jembatan yang dilakukan dengan metode unibridge.
Jembatan ini dinamakan Jembatan Gadang 1 dan Jembatan Gadang 2, berlokasi di Desa Pulo Gadang, Kecamatan XIII Koto Kampar.
Sementara Jembatan Alai 1 berlokasi di Desa Tanjung Alai, Kecamatan XIII Koto Kampar.
Jalan tol dengan jembatan unibridge ini nantinya akan menjadi pertama di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Metode unibridge yang ditemukan oleh Matiere ini memiliki keunikan dari sisi pelaksanaan pekerjaan jembatan.
BACA JUGA:Tol Trans Sumatera Diprediksi Tetap Nyambung Sampai Provinsi Riau, Berikut Faktanya