HARIANMUBA.COM,- Petai atau Pete, sayuran yang kerap lazim dibuat lalapan dan memiliki bau yang khas ini, di Sanga Desa kini sedang memasuki musim panen.
Meski dipasaran saat ini stok Petai cukup banyak namun harganya masih tergolong sukup mahal, tetapi hal ini tidak menyurutkan warga untuk tetap membeli Petai.
Hal ini seperti terlihat Selasa 13 November 2024 di pasar Kalangan Ngulak dimana pedagang Petai laris diserbu pembeli.
Edi (39) salah seorang pedagang Petai, warga desa Kemang kecamatan Sanga Desa mengatakan saat ini harga Petai berkisar antara Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per ikatnya.
BACA JUGA:Punya Niat Tulus, Survei Lucianty-Syaparuddin Unggul Jauh, Menuju Kemenangan Pilkada Muba 2024
BACA JUGA:Kabar Gembira, Tol Ciawi Sukabumi Akan Dilanjutkan
“Kalau harga sendiri saat ini yakni Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per ikatnya. Tergantung dari besar dan kecilnya ukuran ikatan yang dijual, kalau saya jualnya Rp 15 ribu 1 ikat kalau 2 ikat saya kasih diskon jadi Rp 28 ribu,” ungkapnya.
Menurutnya harga tersebut masih tergolong cukup mahal, hal ini dikarenakan stok Petai yang ada di pasaran saat ini sebagian besarnya masih berasal dari luar kecamatan Sanga Desa.
“Normalnya harga per ikat itu Rp 10 ribu, harganya agak mahal seperti ini karena Petai yang dijual oleh pedagang yang lain itu banyak diambil dari kecamtan lain misalnya Plakat Tinggi, Babat Toman, dan Sekayu. Untuk yang berasal dari Sanga Desa sekarang sudah tergolong sedikit karena Pohon Petai sudah banyak yang ditebang terkena imbas pembukaan lahan perkebunan sawit. Yang saya jual ini saya ambil dari daerah Talang desa Kemang,” jelasnya.
Dari hasil berjualan Petai ini biasanya Edi dapat memperoleh penghasilan kotor hingga Rp 500 ribu.
BACA JUGA:Diduga Rem Blong, Fuso Seruduk 2 Mobil di Depan Punti Kayu Palembang
BACA JUGA:Cuaca Buruk Ganggu Produksi, Harga Ikan Asin di Sanga Desa Meroket
“Selain di kalangan ini, saya biasanya jualan pakai motor ‘Ngeyot’ (keliling, red) dari dusun ke dusun. Pendapatan sendiri tidak tentu, kadang kalau Petai lagi banyak dan habis semua itu bisa tembus Rp 500 ribu kotornya,” ujarnya.
Sementara itu, Sumini warga desa Ngunang salah seorang pembeli di lapak dagangan Edi mengaku sangat hobi dengan sayuran yang satu ini.
“Saya sangat hobi dengan yang namanya Petai, atau pun jengkol. Kalau makan dengan lalapan Petai ini bisa lebih lahap. Makanya walaupun cukup mahal saya masih tetap membeli, harganyapun tergolong lebih murah jika beli dipedagang keliling. Biasanya kalau di pedagang keliling itu harganya bisa Rp 20 ribu seikat,” tutupnya.