Sering Memeriahkan HUT RI, Ternyata Begini Sejarah Perlombaan Bidar
Lomba bidar--
Untuk menjaga keamanan wilayah areal sungai diperlukan sebuah perahu yang larinya cepat.
Ketika itu perahu berpatroli disebut perahu pancalang, Singkatnya pancalang berarti perahu yang cepat menghilang.
BACA JUGA:3 Alasan Kamu Harus Jadi yang Pertama Punya Galaxy Z Flip5 dan Galaxy Z Fold5!
BACA JUGA:Bahu Jalinteng Sekayu - Lubuk Linggau Dibersihkan, Ini Kata Pengguna Jalan
Perahu ini dikayuh 8-30 orang, bermuatan sampai 50 orang.
Memiliki panjang 10 sampai 20 meter dan lebar 1,5 sampai 3 meter.
Karena bermuatan banyak orang. Pancalang juga digunakan sebagai alat angkutan transportasi sungai.
Raja-raja dan pangeran kerap pula menggunakan pancalang untuk plesiran.
BACA JUGA:Briptu Tiara Nissa Zulbida, Berhasil Raih Lulusan Terbaik Akademi Kepolisian Turki
BACA JUGA:Kapolres Muba Kunjungi Polsek Lalan dan Satpolairud, Ini Arahan Yang Disampaikan
Pancalang, selain sebagai perahu penumpang, ia juga dijadikan sarana untuk berdagang di sungai.
Atapnya berbentuk kajang, kemudinya berbentuk dayung dan digayung dengan galah atau bambu.
Agar terjaga kelestarian perahu bidar, digelarlah lomba perahu bidar yang berlangsung sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam.
Dahulu lomba ini sering disebut dengan sebutan kenceran.
BACA JUGA:Sudah 6 Ruas Beroperasi, Inilah Panjang Ruas Tol Trans Sumatera Saat Ini, 7 Titik Tahap Kontruksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: