Pemerintah Harus Antisipasi Dampak Sosial dan Ekonomi Dari Penurunan Industri Batubara

Transformasi Ekonomi akan Mitigasi Dampak Transisi Energi di Daerah Penghasil Batubara --
“Perencanaan transformasi ekonomi pasca tambang batubara perlu mengedepankan kegiatan-kegiatan ekonomi yang lebih banyak memberikan multiplier effect (efek berganda) ke masyarakat lokal. Selain itu, perlu diperhatikan juga dampak potensi penurunan produksi batubara pada sektor ekonomi informal yang selama ini tidak terekam dalam analisis ekonomi makro,” jelas Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa.
Kajian ini juga menemukan meski industri pertambangan batubara rata-rata menyumbang 50 Persen dan 70 Persen terhadap PDRB selama sepuluh tahun terakhir di Muara Enim dan Paser, tapi nilai ekonomi yang besar tersebut tidak berkontribusi signifikan pada pendapatan pekerja industri batubara.
BACA JUGA:Sudah Ada Tol Trans Sumatera, Warga OKU Raya Ke Ibukota Provinsi Lebih Cepat
BACA JUGA:Data Dari OJK, Ternyata Banyak Warga Sumsel Akses Pinjol Ilegall
Sebanyak 78 persen dari nilai tambah menjadi surplus perusahaan, dan hanya sekitar 20 Persen dari nilai tambah dialokasikan untuk pekerja.
“Selain itu, industri pertambangan batubara menimbulkan dampak sosial dan lingkungan yang tidak sedikit pada masyarakat di sekitarnya, misalnya degradasi kualitas udara dan air, perubahan sumber penghidupan masyarakat, ketimpangan ekonomi, serta meningkatnya konsumerisme dan pencari rente,” ungkap Julius Christian, periset utama kajian ini, yang juga adalah Manajer Riset IESR.
Menurutnya, karena perbedaan kepentingan, pengetahuan, dan akses informasi, masing-masing pihak di daerah menyikapi tren transisi energi ini dengan perspektif yang beragam. Perusahaan batubara, misalnya, lebih menyadari risiko transisi energi terhadap bisnis mereka dibandingkan pemerintah dan masyarakat awam.
“Baik perusahaan maupun pemerintah daerah mulai melakukan berbagai inisiatif transformasi ekonomi. Akan tetapi, masyarakat lokal justru lebih skeptikal terhadap potensi penurunan batubara karena mereka melihat peningkatan produksi beberapa waktu belakangan,” kata Martha Jesica, Analis Sosial dan Ekonomi, IESR.
BACA JUGA:Popnas XVI Resmi Berakhir, Sumsel Finish Diposisi 6 Klasmen Akhir
BACA JUGA:Tol Padang - Sicincin Diklaim Miliki Pemandangan Indah, Begini Progres Pembangunannya
Namun, menurutnya, perubahan perspektif juga tengah berlangsung di masyarakat dan perusahaan industri batubara.
Masyarakat mulai memiliki visi untuk diversifikasi ekonomi dan perusahaan batubara mulai mengembangkan bisnis di bidang lain.
Ia berharap pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan dapat mendorong kesadaran yang lebih luas dan menginisiasi perubahan struktural terhadap upaya transformasi ekonomi.
IESR dalam laporan Just Transition in Indonesia’s Coal Producing Regions, Case Studies Paser and Muara Enim merekomendasikan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di daerah penghasil batubara memerlukan beberapa hal.
BACA JUGA:Sedang Dalam Proses Kontruksi, Inilah Dua Lokasi Gerbang Tol Padang-Sicincin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: