5 Tradisi di Musi Banyuasin Yang Masih Tetap Terjaga Kini, Nomer 3 Ajang Untuk Perkenalan Bujang Gadis

Kamis 15-12-2022,18:50 WIB
Editor : Dodi

BACA JUGA:Pj Bupati Apriyadi Terima Tim Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Ketika musim hujan tiba masyarakat dengan kompak dan saling gotong royong untuk mengundang Nugal atau Ngicir.

Adapun Proses Nugal atau Ngicir menurut kebiasaan sebelum melakukan kegiatan tersebut, para masyarakat di jamu dengan memberi makan ketan lengkap dengan srundeng kelapa dan minum terlebih dahulu.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan memakai sebatang kayu (Tongkat Kayu) yang dibawahnya di tajam atau di lancipkan yang berfungsi untuk membuat lobang dengan cara menujah bagian dari tanah yang akan di tanam tanaman tersebut.

Istilah Nugal ini berasal dari nenek moyang setelah Indonesia merdeka, masyarakat turun ke halaman untuk menanam padi untuk memenuhi sebuah kebutuhan hidup di masa itu.

BACA JUGA:Segerakan Pembentukan KIM Diseluruh Desa di Muba dan Dilaksanakan KIM Award

Hal ini masih tetap utuh dan menjadi sebuah tradisi yang masih kental di kehidupan masyarakat Sungai Keruh, walaupun saat ini sudah memasuki era modern atau era revolusi industri 4.0 tradisi ini tidak punah di makan waktu.

2. Bekarang

Bekarang adalah tradisi menangkap ikan secara beramai-ramai dengan menggunakan alat tradisional tangkul atau anco.

Tradisi ini kini telah dikembangkan dan menjadi salah satu cara promosi wisata di Musi Banyuasin.

Menangkap ikan dengan cara yang ramah lingkungan bukan dengan cara sebaliknya (racun, peledak, setrum, dll).

BACA JUGA:Pj Bupati Muba : Perencanaan Pembangunan Harus Berbasis Data Valid

3. Ningkuk (Arena Perkenalan Bujang Gadis di Musi Banyuasin)

Ningkuk merupakan sebuah tradisi pertemuan muda mudi pada malam menjelang acara resepsi pernikahan.

Cangkir beras atau selendang telah disediakan untuk diedarkan dengan diiringi musik. Selama musik diputar maka selendang juga terus beredar sampai suatu saat musik akan dihentikan oleh moderator.

Saat musik berhenti berputar, selendang pun juga harus berhenti beredar. Siapa saja saat itu memegang selendang pada saat musik berhenti, kepadanya akan di berikan "hukuman" seperti menari berpasangan, merayu lawan jenis, berpantun, dan lain sebagainnya.

Kategori :