BACA JUGA:Terekam Lakukan Pelanggaran Oleh Kamera ETLE, 400 STNK Kendaraan Kena Blokir
"Ada altar Ju Sin Kong yang dipercayai sebagai pelindung kota Palembang dan di yakini beragama Islam," tuturnya.
Hampir setiap tahunnya, Kelenteng ini paling ramai dikunjungi pada saat tanggalan Tionghoa pada tanggal 1 (Ce It) dan 15 (Cap Go). Namun, sayangnya tahun ini perayaan Cap Go Meh ditiadakan, sehingga perayaan Imlek pun dilaksanakan sesederhana mungkin.
Biasanya di malam perayaan Imlek, warga keturunan Tionghoa memiliki tradisi menyiapkan sesajian bagi para leluhur. Namun di Kelenteng Dewi Kwan Im ada hal berbeda yang dilakukan. Yakni, klenteng tidak menyajikan atau tidak mengizinkan sesaji darah babi dan anjing.
Hal tersebut dipengaruhi karena adanya kisah warga Tionghoa yang menikah dengan umat muslim berkaitan dengan sejarah Pulau Kemaro dan Kampung Kapitan. Selaras legenda putri Palembang, Siti Fatimah yang merupakan seorang muslim, menjadi istri seorang Pangeran Cina bernama Tan Bon An.
BACA JUGA:Berbagai Jenis Pakaian Wanita yang Harus Diketahui Fashionista
Kelenteng Chandra Nadi (Soei Goeat Kiong) Palembang atau lebih dikenal dengan Kelenteng Dewi Kwan Im Palembang adalah satu dari beberapa kota di Indonesia yang memiliki akulturasi budaya lokal dengan budaya Tionghoa cukup kental.
Boleh dibilang Kelenteng Chandra Nadi (Soei Goeat Kiong) merupakan klenteng yang tertua di Palembang. Dibandingkan klenteng lainnya, klenteng Dewi Kwan Im lebih ramai didatangi. Berbagai prosesi ibadah masyarakat Tionghoa di Palembang digelar di sini.
Tidak hanya masyarakat kota Palembang, dari luar kota bahkan luar negeri pun beribadah disini, seperti dari Jambi, Pontianak, Taiwan, Hongkong, Singapura, Malaysia dan masih banyak lagi. Karena klenteng tertua, jadi banyak acara yang diselenggarakan disini.
Kelenteng Dewi Kwan Im Palembang