SANGA DESA, HARIANMUBA.COM - Disaat para pedagang keliling lain berjualan menggunakan gerobak bahkan sudah banyak yang berjualan menggunakan sepeda motor, ternyata masih ada beberapa pedagang yang berjualan keliling dengan cara dipikul.
Salahsatunya yakni Sumitro (52) warga Lubuk Linggau, yang menjalani profesi sebagai pedagang bakso keliling.
Bersama keempat rekannya, ia pun rutin seminggu dua kali berdagang bakso ke wilayah Sanga Desa. "Kalau ke daerah sini, itu biasanya kami lakukan seminggu dua kali. Yakni hari Senin dan hari Kamis, kami serombongan ada empat orang," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa, dirinya masih mempertahankan cara berjualan dengan dipikul, dikarenakan ia menilai bahwa cara tersebut sangat efektif untuk menjangkau para pelanggan ke pelosok lorong atau gang. Yang mana tidak bisa dijangkau oleh pedagang yang bawa motor atau gerobak.
BACA JUGA:Pemasangan Kabel Jaringan Internet di Desa Panca Tunggal Belum Dilanjutkan
BACA JUGA:Muba Gelar Sosialisasi Arah Kebijakan Pembangunan 2024 dan Mekanisme Penyampaian Pokir DPRD
"Jualan pikulan gini enaknya bisa masuk ke lorong-lorong pemukiman warga yang sempit. Sehingga peluang lakunya lebih besar," ungkap Sumitro.
Dikatakannya, dalam satu kali berjualan dirinya bisa meraup omset hingga Rp 500 ribu, dengan harga bakso yang ia jual seharga Rp 5 ribu per porsi.
"Jika habis semua baksonya, itu bisa sampai Rp 500 ribu. Soalnya dari rumah saya bawa sekitar seratus porsi dengan harga Rp 5 ribu. Ya, kalau bicara untung, cukuplah buat kebutuhan sehari-hari. Baksonya sendiri itu bahan bakunya adalah ayam potong," jelasnya.