Menurut dia, sejak dahulu tradisi Bekarang selalu dinanti masyarakat lantaran lubuk larangan merupakan wilayah yang ditetapkan secara adat hanya boleh dimanfaatkan sumber dayanya satu kali dalam setahun.
BACA JUGA:Cara Kompres JPG Dokumen CPNS jadi 200 Kb, Online dan Tanpa Aplikasi Tambahan
BACA JUGA:Tenaga Honorer Wajib Tahu, Berikut Ini 3 KepmenPANRB Terbaru tentang PPPK
“Meski Bekarang dilaksanakan rutin setiap tahun hingga saat ini, namun prosesi adat secara lengkap, itu terakhir dilaksanakan tahun prosesi,” kata Anjas.
Dia menyebutkan, prosesi pertama dilakukan di hari sebelum Bekarang, yakni sidang adat yang dipimpin oleh para tokoh adat.
Mereka membicarakan apakah tradisi Bekarang bisa dilakukan atau tidak.
Kemudian dilanjutkan memilih tiga orang sebagai utusan untuk melihat kondisi lubuk larangan.
BACA JUGA:Membanggakan, Atlet PWI Muba Raih Perak Catur Kilat di Porwanas ke XIV di Banjarmasin
BACA JUGA:Puncak Peringatan HUT RI Ke-79, Ribuan Masyarakat Padati Gunung Sari Jos
“Tokoh adat memilih Ngundur, orang yang diutus memeriksa kondisi lubuk larangan,” lanjutnya.
Jika kondisi lubuk larangan, lanjut Anjas, siap untuk dipanen maka waktu Bekarang akan ditetapkan dan diumumkan kepada masyarakat.
Setelah itu, malam sebelum Bekarang dimulai dilakukan ritual khusus serta penjagaan lubuk larangan hingga pagi.
“Secara prosesi sama dengan zaman dulu, namun secara doa-doanya beda. Sekarang pakai doa-doa sesuai ajaran agama Islam,” katanya.
BACA JUGA:Ini Rekomendasi HP Kamera Ultrawide Termurah, Harga 1-2 jutaan Hasil Foto/Video Sempurna
BACA JUGA:Trik Pedagang Keliling, Manfaatkan Momen Hajatan di Desa
Menurutnya, festival ini dilakukan di malam sebelum Bekarang menjadi momentum kebersamaan dalam mengingat kembali tradisi Bekarang.