Makan Cepat vs Makan Lambat, Mana yang Lebih Sehat?

Kamis 19-09-2024,08:43 WIB
Reporter : Fiya
Editor : Reno

HARIANMUBA.COM- Setiap orang memiliki kebiasaan makan yang berbeda. Ada yang suka makan cepat karena alasan efisiensi waktu, sementara ada juga yang lebih suka menikmati setiap suapan dengan perlahan.

Ternyata, kecepatan makan ini bisa berdampak pada kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Makan cepat dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan, sedangkan makan lambat terbukti lebih menyehatkan dan memberikan berbagai manfaat bagi tubuh.

Makan dengan cepat mungkin tampak praktis, terutama bagi orang yang sibuk. Namun, kebiasaan ini ternyata berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti:

BACA JUGA:Rekomendasi Smartphone dengan Resolusi Kamera Tertinggi dan Terbaik Tahun 2024

1. Risiko Penyakit Asam Lambung (GERD)

Makan dengan cepat, terutama tanpa mengunyah makanan dengan baik, dapat memicu naiknya asam lambung ke kerongkongan atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).

Kondisi ini dapat menyebabkan sensasi terbakar di dada (heartburn), nyeri ulu hati, bahkan sesak napas. Jika kebiasaan ini berlanjut, GERD dapat menyebabkan komplikasi serius seperti luka pada kerongkongan, perdarahan, atau bahkan kanker esofagus.

2. Kenaikan Berat Badan

Ketika seseorang makan dengan cepat, sinyal kenyang tidak langsung diterima oleh otak. Tubuh memerlukan waktu sekitar 20 menit sejak mulai makan untuk memberikan sinyal kenyang ke otak. 

Akibatnya, jika makan terlalu cepat, seseorang cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan sebelum merasa kenyang, sehingga menyebabkan kelebihan kalori yang berujung pada kenaikan berat badan.

BACA JUGA:Pemkab Muba Kembali Gelar Program Umroh Gratis, Ratusan Warga Akan Diberangkatkan

3. Risiko Sindrom Metabolik dan Resistensi Insulin

Makan cepat dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik, suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, gula darah tinggi, dan lemak perut berlebih.

Kondisi ini juga sering dikaitkan dengan resistensi insulin, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2 hingga 2,5 kali lipat.

4. Pencernaan yang Buruk

Kategori :