Ini Sejarah Mengapa Harga Emas Lebih Mahal Dibanding Tembaga, Baja dan Aluminium

Ini Sejarah Mengapa Harga Emas Lebih Mahal Dibanding Tembaga, Baja dan Aluminium

Ilustrasi emas--

Selain emas memiliki keunggulan lain. Pertama, emas tidak gampang bereaksi secara kimia alias tidak bisa berkarat dan tidak bisa membusuk.

Beda dengan besi atau logam lain yang banyak dipakai di industri, yang gampang berkarat, teroksidasi, atau bereaksi secara kimia.

Emas awet sampai puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun. Bentuk emas tidak berubah alias memiliki karakteristik yang ideal menjadi jadi medium penyimpan kekayaan.

Kedua, emas adalah mineral logam yang langka dan tidak gampang ditemui di alam. Tidak seperti gandum, beras, ternak, atau kerang yang bisa dibudidayakan dan mengalami lonjakan suplai yang membuat nilainya menurun.

BACA JUGA:Polda Sumsel Terjunkan Ratusan Personil, Bantu Padamkan Karhutlah, Termasuk di Muba

BACA JUGA:Sub Satgas Gakkum Ilegal Drilling dan Illegal Refinery Muba Langsung Bertindak, Sekitar 93 Sumur Ditutup

Emas tidak bisa diciptakan oleh manusia. Harus diambil dari perut bumi dan jumlahnya terbatas. Sebab itulah nilainya bisa terus bertahan bahkan bertumbuh makin mahal dari waktu ke waktu.

Jumlah manusia yang ingin memiliki emas makin banyak, sementara jumlah emas di dunia tidak bertambah. Karena itulah, dari dulu sampai sekarang harga emas terbukti naik mengalami kenaikan dalam jangka panjang.

Ketiga, emas adalah komoditas yang nilainya diakui secara global di seluruh dunia selama ribuan tahun. Hal ini didukung sifat dasar emas yang gampang dilebur, dibentuk, dan dipecah-pecah jadi mata uang logam.

Emas menjadi identitas bangsa yang menunjukkan kekuasaan kerajaan tertentu. Tidak seperti komoditas lain yang mungkin dianggap berharga di satu daerah, tapi tidak begitu populer di daerah lain, emas memiliki pengakuan yang luas.

BACA JUGA:Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah di Muba Dimulai, Peletakan Batu Pertama Oleh Menteri Koperasi dan UKM

BACA JUGA:Ingin Kuliah Jurusan Teknik Informatika, Ini 3 Universitas Terbaik di Indonesia

Dimulai sejak era Kerajaan Lidia sekitar 2.700 tahun yang lalu, Kerajaan Romawi di pesisir Laut Mediterania, Kesultanan Khilafah di Timur Tengah, era kerajaan di Cina, sampai era pelayaran penjelajah Eropa ke Benua Amerika, emas selalu jadi simbol kekayaan dan harta karun yang diburu sejak dulu, bahkan sampai era modern saat ini.

Bahkan setelah era perbankan modern yang lebih mengutamakan kepraktisan dalam bentuk uang digital dan kertas, nilai emas ini sama sekali tidak dilupakan oleh masyarakat dunia.

Sampai di era modern saat ini pun banyak negara yang masih berlomba-lomba menambah cadangan emas negaranya untuk bisa meredam risiko penurunan daya beli mata uang negaranya akibat inflasi dan juga depresiasi terhadap mata uang negara lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: