Pada zaman dulu, Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah yaitu Bakda Lebaran yang merupakan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah sholat Idul Fitri. Dan yang keduam Bakda Kupat (Lebaran Ketupat) yang merupakan perayaan sepekan setelah Idul Fitri.
Lebaran Ketupat diperkenalkan Sunan Kalijaga sebagai pelengkap puasa Ramadhan. Sekaligus sebagai pertanda sudah menjalani puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal atau Puasa Syawal.
BACA JUGA:Mobil Masuk Jurang Sungai Ogan, 4 Pemudik Asal Bandar Lampung Meninggal Dunia
Tradisi lebaran ketupat kemudian dijadikan sebagai sarana untuk mengenalkan ajaran Islam tentang cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, dan bersilaturahmi di hari lebaran.
Makna Lebaran Ketupat
Makna lebaran ketupat tentu tak lepas dari filosofi ketupat. Dikutip dari berbagai sumber, ketupat melambangkan simbol permintaan maaf dan juga keberkahan.
Nasi dan daun kelapa muda atau janur yang dipakai ketupat juga punya arti sendiri. Nasi dianggap sebagai lambang nafsu. Sedangkan daun kelapa muda atau janur melambangkan jati ning nur yang artinya hati nurani.
Simbolisasi ketupat itu memilki pesan agar manusia bisa menahan nafsu dunia dengan hati nuraninya. Selain itu ketupat juga didefinisikan sebagai jarwa dhosok atau berarti ngaku lepat. Atau mengakui kesalahan. Definisi ini pas dengan makna lebaran yang mewajibkan setiap orang untuk saling bermaafan.
Nah, bungkus ketupat yang terbuat dari janur kuning juga punya arti khusus. Janur melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Itulah kenapa pada orang-orang Jawa kuno, ketupat yang sudah matang bakal digantung di atas kusen pintu di depan rumah dalam jangka waktu berhari-hari. Bahkan berbulan-bulan sampai kering. Ini juga sering dilakukan orang Jawa ketika membangun rumah.