"Salah satu bentuk benturan itu terlihat ketika Golkar hampir mendekat dengan PDIP dalam pembentukan koalisi Pilpres," ungkap Khoirul Umam.
Selain itu, Khoirul Umam juga mengungkapkan adanya dugaan pengaruh dari pihak eksternal, yang ia sebut sebagai "The Invisible Hand", yang turut berperan dalam keputusan mundur Airlangga.
Keputusan yang dianggap tidak tegas dan kurang memberikan kepastian dalam sejumlah Pilkada, serta pemeriksaan Airlangga oleh lembaga penegak hukum terkait kasus minyak goreng, juga diduga menjadi faktor yang memicu pengunduran diri ini.
Meskipun begitu, Airlangga Hartarto dalam pidatonya menyatakan bahwa proses pengunduran diri dan mekanisme selanjutnya akan dilakukan dengan damai dan tertib, sembari menjaga marwah Partai Golkar.
BACA JUGA:Masa Transisi, Begini Cara Menjaga Kesehatan Mental Diusia 25 Tahun
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pengurus dan kader yang telah bekerja sama membesarkan partai selama ia memimpin.
Kini, Golkar dihadapkan pada tugas berat untuk segera memilih pemimpin baru yang diharapkan mampu membawa partai ini tetap solid dan mampu bersaing dalam kontestasi politik yang semakin dinamis di masa mendatang.
Keputusan Munaslub yang akan segera digelar menjadi langkah awal bagi partai ini untuk menentukan arah kepemimpinan selanjutnya.(*)