Ningkuk merupakan sebuah tradisi pertemuan muda mudi pada malam menjelang acara resepsi pernikahan.
Cangkir beras atau selendang telah disediakan untuk diedarkan dengan diiringi musik. Selama musik diputar maka selendang juga terus beredar sampai suatu saat musik akan dihentikan oleh moderator.
Saat musik berhenti berputar, selendang pun juga harus berhenti beredar. Siapa saja saat itu memegang selendang pada saat musik berhenti, kepadanya akan di berikan "hukuman" seperti menari berpasangan, merayu lawan jenis, berpantun, dan lain sebagainnya.
BACA JUGA:Bunga Zainal Tertipu Investasi Bodong Rp 15 Miliar, Begini Respons Suami
BACA JUGA:Asus Zenfone 11 Ultra Hadir dengan Desain Elegan dan Spesifikasi Gahar
Banyak nilai positif dari tradisi ningkuk, seperti unsur bersosialisasi, bertanggung jawab, kecekatan, dan tentu saja sebagai fungsi rekreasi.
4. Ngidang
Tradisi Ngidang merupakan salah satu tradisi masyarakat Musi Banyuasin yang dilakukan ketika ada acara atau hajatan.
Namun seiring perkembangan zaman, ngidang kini sudah berahli dengan hidangan "Perancis".
BACA JUGA:Bakal Jadi Saingan Satria, Intip Harga Motor Honda Sonic 150R
BACA JUGA:Ini Daftar 26 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Turun Laga Melawan Arab Saudi dan Australia
Ngidang sebenarnya berasal dari kata hidangan, yaitu makanan yang sudah dihidangkan dan tata cara makannya juga duduk bersila atau lesehan.
5. Sedekah Rami (Bumi)
Kebudayaan di Kabupaten Musi Banyuasin masih kental dengan adat istiadat dan nilai kebudayaan yang terus dilakukan masyarakat setiap tahunnya.
Seperti tradisi perayaan Sedekah Rami (Bumi) yang dilakukan Masyarakat Desa Kertayu, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin.